Arti Nama Sri Baduga Raja Pajajaran
Sri Baduga Maharaja atau sering disebut juga Prabu Siliwangi sering dianggap sebagai teladan pemimpin Sunda yang berhasil dan harus ditiru. Carita Parahiyangan menggambarkan bahwa Pajajaran dibawah kepemimpinan Prabu Siliwangi mengalami kemakmuran dan aman sentosa.
Tetapi pada masa Prabu Siliwangi, di Pajajaran mulai muncul instabilitas di paktor kehidupan spiritual masyarakat yaitu dengan makin banyaknya hulun/rakyat Pajajaran berganti agama.
Saya lebih mengagumi kepemimpinan Niskala Wastu Kancana dibanding Prabu Siliwangi atau Sri Baduga. Tapi kali ini kita bahas dulu Sri Baduga Maharaja karena pada umumnya Orang Sunda lebih dekat dengan sosok yang satu ini.
Sri Baduga dianggap teladan pemimpin Sunda. Tetapi pada dasarnya banyak yang sekadar ikut-ikutan mengagumi Sri Baduga, dan lupa untuk mencari lebih dalam tentang rahasia keberhasilan kepemimpinannya. Itu bisa dimengerti, karena memang tidak banyak literatur yang mengupas sosok Prabu Siliwangi.
Saya banyak mempelajari Pantun Sunda, dan semuanya hanya secara global saja menceritakan tentang Prabu Siliwangi. Dia raja adil dan sayang pada rakyat. Walaupun Pantun Mundinglaya menunjukkan, bahwa ternyata Prabu Siliwangi juga sempat termakan hoax hingga memenjarakan anaknya.
Dalam versi lain bahkan Prabu Siliwangi juga sempat melakukan ketidakadilan saat mencoba menyingkirkan putera mahkota Surawisesa.
Lalu dimana sebenarnya kunci keberhasilan kepemimpinan Prabu Siliwangi? Dengan cara seperti apa dia memajukan Kerajaan Pajajaran?
Seperti yang saya bilang, tidak banyak literatur tentang tindakan-tindakan spesifik Siliwangi. Namun ada sebuah indikasi menarik tentang sikap dan moralitas kepemimpinannya.
Kita ingat Siliwangi atau Pamanah Rasa itu bergelar Sri Baduga Maharaja. Sejauh ini belum ditemukan arti tegas paparan nama Sri Baduga Maharaja. Kita coba kupas bareng di sini.
Sri dalam Bahasa Sanskrit sering diartikan cahaya atau gemilang. Sri juga sering dinisbatkan sebagai nama Dewi Padi. Tetapi dalam konteks feodalisme kuno, Sri disini dianggap sebagai sebutan kehormatan bagi seorang raja atau pemimpin. Sri di situ merangkul tentang keagungan dan kebesaran.
Baca Juga: Perjalanan Raden Kian Santang
Bagaimana dengan nama Kerajaan Sriwijaya? Lain tempat dikupasnya.
Baduga memiliki arti Pengurus atau Pelayan. Sekarang kita mengenalnya dengan kata badega. Bagaimana bisa kata Baduga yang begitu agung jadi kata Badega yang terkesan rendah, karena di masa sekarang badega sama dengan babu/pembantu. Tidak usah heran. Bahasa Sunda sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Ingat kata ewe? Sekarang itu kata yang terkesan jorok diucapkan. Tetapi dahulu kata itu merupakan kata lazim sebutan untuk perempuan.
Kata “bujangga” dulu sebutan untuk ahli geografi dan literasi Pajajaran. Sekarang nama tersebut hanya klasifikasi penulis sastra.
Jadi bukan katanya yang berubah makna, tetapi pengrtian kita sendiri yang berubah seiring jaman. Banyak kata-kata lainnya yang sudah berubah arti dan konteks. Perubahan Baduga jadi Badega juga seperti halnya Ngaing jadi Aing. Masih banyak perubahan kata atau hurup lainnya.
Penekannan kata Sri di depan kata Baduga menimbulkan interpretasi penyebutan tentang kebesaran dan keagungan. Dengan demikian, Sri Baduga bisa diartikan Sang Pengurus Agung. Itu sebuah sebutan yang umum di masa kerajaan.
Dalam semua teksnya, Pantun Buhun Pajajaran juga biasa menyebut para pemimpin negara/pejabat dengan sebutan Pangurus.
Nah sekarang kita bicara Maharaja-nya.
Sri Baduga tidak seperti Niskala Wastu Kancana ataupun ayahnya yang hanya berkuasa di Galuh. Sri Baduga pemimpin dua entitas besar politik Sunda yaitu Galuh dan Pakuan. Wilayahnya jauh lebih luas dari raja-raja Pajajaran sebelumnya. Raja bawahannya juga bertambah hampir dua kali lipat. Itulah sebabnya gelarnya bukan sebatas Raja, tetapi Maha Raja. Dia membawahi empat puluh lebih raja bawahan di seluruh Tanah Pasundan.
Dalam konsep politik luar, level kekuasaan Sri Baduga bukan lagi kerajaan, tetapi Kemaharajaan/Kekaisaran (Empire).Dengan begitu Sri Baduga Maharaja memiliki arti Sang Pengurus Kerajaan-Kerajaan (di Tanah Sunda). Kata kerajaannya dua kali, beda dengan para pendahulunya yang hanya raja. Sistemnya mirip Pederasi, ada raja utama di pakuan dan raja-raja bawahan di daerah. Semuanya disebut Nagara Sunda.
Jika demikian kenapa Surawisesa tidak bergelar Maharaja bukankah dia juga masih menguasai Galuh dan Pakuan pada saat dilantik? Bisa dibilang begitu. Tapi saat Surawisesa naik tahta, wilayah Pajajaran sudah berkurang akibat perkembangan Cirebon.
sumber: karawangheritage.com
Post a Comment for "Arti Nama Sri Baduga Raja Pajajaran"