Putra Sang Fajar Muncul Di Upuk Timur, Siapakah Dia
Pembaca yang budiman, apa yang terpapar di dalam blog ini adalah murni merupakan hasil input spiritual atau bisa dikatakan sasmita, yang kemudian dicocokkan dengan beberapa wasiat leluhur berkenaan. Untuk diketahui bahwa sebagai pijakan dasar dalam menayangkan blog ini adalah input spiritual yang turun berupa QS Asy Syua’raa’ : 5 – 9 yang berbunyi : “Dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu peringatan baru dari Tuhan Yang Maha Pemurah, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya. Sungguh mereka telah mendustakan (Al Qur’an), maka kelak akan datang kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokan. Dan apakah mereka tidak memperhatikan bumi, berapakah banyaknya Kami tumbuhkan di bumi itu berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang baik? Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat suatu tanda kekuasaan Allah. Dan kebanyakan mereka tidak beriman. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-benar Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”
Dan juga QS An Nuur : 46 – 47 yang berbunyi : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan ayat-ayat yang menjelaskan. Dan Allah memimpin siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. Dan mereka berkata: “Kami telah beriman kepada Allah dan rasul, dan kami menaati (keduanya).” Kemudian sebagian dari mereka berpaling sesudah itu, sekali-kali mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman.”
Singkat kata, masih ingatkah para pembaca budiman ketika kami mengumumkan informasi tentang “cahaya putih” yang terlihat di atas Alas Ketonggo pada tanggal 7 Juli 2007 yang lalu yang bergerak menuju ke arah timur dan berdiam di suatu tempat di timur? Sebenarnya fenomena spiritual tersebut dibarengi dengan turunnya QS Al Israa’ : 41 – 46 sebagai penjelasannya, yang menyatakan : “Dan sesungguhnya dalam Al Qur’an ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Katakanlah: “Jika ada tuhan-tuhan di samping-Nya, sebagaimana yang mereka katakan, niscaya tuhan-tuhan itu mencari jalan kepada Tuhan yang mempunyai Arasy.” Maha Suci dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya. Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun. Dan apabila kamu membaca Al Qur’an niscaya Kami adakan antara kamu dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat, suatu dinding yang tertutup, dan Kami adakan tutupan di atas hati mereka dan sumbatan di telinga mereka, agar mereka tidak dapat memahaminya. Dan apabila kamu menyebut Tuhanmu saja dalam Al Qur’an, niscaya mereka berpaling ke belakang karena bencinya.”
Dalam fenomena ini secara khusus arti dan maksud “cahaya putih” itu dijelaskan melalui QS Al Hajj : 40 – 41 yang berbunyi : “ (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: “Tuhan kami hanyalah Allah.” Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan mesjid-mesjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.”
(Masya Allah la quwata ila billah..!!! Ayat ini menyiratkan gambaran tentang ”seseorang” yang tersembunyi itu).
Mengapa pula pada waktu yang lalu yaitu tanggal 11 dan 12 Juli 2007 kami memberitahukan di dalam blog ini kepada para winasis dan waskita di negeri ini untuk bisa berkumpul di Bali pada hari Jum’at tanggal 13 Juli 2007 untuk bersama-sama membuktikan kebenarannya. Dalam fenomena ini, secara hakekat Alas Ketonggo sebenarnya adalah Pulau Dewata (Bali). Dan ”cahaya putih” di timur itu ternyata berada di Sad Kahyangan Jagad sisi timur yaitu di Pura Lempuyang Luhur (lambangnya Sang Hyang Iswara, melambangkan keputusan dan kebijaksanaan). Berkaitan dengan fenomena ini turunlah ayat yang menjelaskannya berupa QS An Nuur : 51 – 52 yang berbunyi : “Sesungguhnya perkataan orang-orang mukmin, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya supaya diputuskan perkara di antara mereka* ialah ucapan: “Kami mendengar dan kami patuh.” Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” (*: Maksudnya: Di antara kaum muslimin dengan kaum muslimin dan antara kaum muslimin dengan yang bukan muslimin)
Input spiritual lain yang menyertainya adalah input untuk menyelenggarakan suatu upacara ritual di sebuah Pura di Bali arah Selatan – Barat Daya pada bulan Agustus 2007 mendatang. Moment ini akan menandai kemunculan ”seseorang” itu dan sebagai forum pesaksian/pembuktian atas kebenarannya sebelum ”seseorang” itu mengemban amanah-amanah-Nya bagi kemaslahatan rakyat negeri ini.
Pada kesempatan ini sebagai penutup dapatlah kami ungkapkan pasemon (sanepan) berupa syair dari Sabdo Palon tentang Jangka Jayabaya (melalui input spiritual terkini), sebagai berikut :
“Semut ireng ngendog jroning geni,
(“Semut hitam bertelur di dalam api,)
Ono Merak memitran lan Baya,
(Ada Merak berteman dengan Buaya,)
Keyong sak kenong matane,
(Keong sebesar talempong matanya,)
Tikuse padha ngidhung,
(Tikusnya pada bernyanyi,)
Kucing gering ingkang nunggoni,
(Kucing kurus yang menunggui,)
Kodok nawu segara oleh Banteng sewu,
(Kodok menjaring di danau mendapatkan seribu Banteng,)
Precil-precil kang anjaga,
(Anakan katak yang menjaga,)
Semut ngangrang angrangsang Gunung Merapi,
(Semut Rangrang merangsang Gunung Merapi,)
Wit Ranti (meranti) woh Delima.”
(Pohon Meranti berbuah Delima.”)
Bebarengan dengan turunnya pasemon berupa syair ini, turun pula ayat-ayat yang menjelaskannya, yaitu :
QS Ali Imran : 140 – 141 : “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim, dan agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka) dan membinasakan orang-orang yang kafir.”
Dan juga QS Ar Ra’d : 42 : “Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.”
Serta QS Al Bayyinah : 5 : “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
Kebenaran hanyalah milik Allah SWT, sedangkan bila ada kesalahan itu semua datangnya dari diri saya. Namun semuanya sudah sangat jelas. Apa arti dari semua itu ? Jawabannya : TELAH TIBA SAATNYA…!!! Maha Benar Allah dengan segala Firman-Nya. Atas ijin dan ridho-Nya, semoga seluruh mahluk di atas bumi dan di langit berbahagia penuh kedamaian. Amin.
Post a Comment for "Putra Sang Fajar Muncul Di Upuk Timur, Siapakah Dia"