Perjalanan Raden Kian Santang
Kisah yang cukup terkenal dari cerita Kian Santang adalah pada saat Kian Santang pergi ke Tanah Mekah dan bertemu dengan Ali, pada saat itu Kian Santang mencoba mengambil dan mencabut tongkat Ali yang tertinggal namun sesuatu yang tidak disangka terjadi yaitu keluarnya darah dari seluruh tubuh Kian Santang. Kejadian itulah yang membuat Kian Santang sadar bahwa orang yang sedang ia cari sedang bersamanya saat itu yaitu Ali.
Raden Kian Santang masuk Islam setelah pertemuannya dengan Ali di Mekah. Kian Santang tertarik dengan agama yang di anut Ali yaitu Islam, Kian Santang memutuskan untuk menjadi seorang Islam dan menjadi murid Ali. Ali yang dikisahkan pada cerita ini dipercayai adalah Syaidina Ali.
Source: Dok. Ig@ofc_radenkiansantang_O3
Setelah lama berguru dengan Ali, Kian Santang mulai memahami ajaran Agama Islam kemudian berniat kembali ke Pajajaran untuk menyebarkan agama Islam. Setelah perjalanan hidup yang panjang di Mekah akhirnya Kian Santang kembali ke Pajajaran dan mencoba berbicara pada Prabu Siliwangi, ia mengajak ayahnya agar masuk Islam agar rakyatnya pun mengikuti ajaran yang dianut pemimpinnya.
Baca Juga: Doa Ajian Macan Siliwangi dan Laku Tirakat Untuk Mendapatkan Khodam
Namun permintaan Kian Santang ditolak oleh Prabu Siliwangi dengan amarah hingga Pajajaran hilang menjadi hutan belantara yang kini adalah Hutan Raya Bogor dan memiliki prasasti Batu Tulis. Walau Prabu Siliwangi belum diberi hidayah untuk memasuki dan mempercayai agama Islam sepenuhnya, tidak menghalangi Raden Kian Santang untuk melakukan penyebaran agama Islam. Raden Kian Santang memulai penyebaran di daerah-daerah kecil pedalaman tanah Pasundan.
Limbangan, ialah tempat penyebaran pertama di wilayah Priangan tatar Sunda. Pada waktu itu selain di daerah Godog Garut, penyebaran agama Islam juga sebagian kecil terjadi dengan proses perdagangan para pedagang Arab dan India di daerah pantai bagian utara.
Nama Prabu Kian Santang berganti menjadi Syekh Sunan Rochmat Suci. Awalnya Kian Santang mulai mengislamkan raja lokal seperti Raja Galuh Pakuwon di Limbangan yang dikenal atau memiliki nama Sunan Pancer. Setelah mengislamkan rajanya, otomatis rakyat juga mengikuti pemimpin. Berkat Sunan Pancer agama Islam bisa tersebar luas dan berkembang di daerah Galuh Pakuwon.
Kian Santang secara langsung mengislamkan petinggi kerajaan dan raja lokal yang lain seperti Santowan Suci Mareja yang adalah sahabat Kian Santang, Sunan Sirapuji, Sunan Batuwangi yang kini berada di kecamatan Singajaya.
Ajaran agama Islam kemudian menyebar di seluruh tanah Priangan melalui raja-raja lokal tersebut yang setelahnya ajaran Islam tersebut disebarkan oleh generasi ke generasi. Generasi selanjutnya adalah para sufi seperti Jafar Sidiq, Fatah Rahmatullah, Abdul Muhyi serta ulama dari Cirebon dan Mataram, dari Cangkuang Arif Muhammad dan dari Sumedang Pangeran Santri. Setelah itu penyebaran Agama Islam berkembang semakin meluas.
Post a Comment for "Perjalanan Raden Kian Santang"